-DORI ALAM GIRSANG(DENPASAR)-MARTHIN GIRSANG(JAKARTA)-HANSON MUNTHE(MEDAN)-RIKO GIRSANG(JAKARTA)-BENYAMIN PARULTOP GIRSANG(NIGERIA)-SAMSON GIRSANG(BATAM)-BAGUS FEBRIANTO GIRSANG(MEDAN)-HORASTON GIRSANG(PERAWANG.RIAU)-OBET NEGO GIRSANG(YOGYAKARTA)-BOSTON GIRSANG(RIAU)-YAN FEBRIANSON GIRSANG(JAKARTA)-FRIPANSUS IPAN GIRSANG(JAKARTA)-POSMAN FIRNANDUS GIRSANG(JAKARTA)-RAJAMIN RP GIRSANG(BRASTAGI)-SEPTA GLORA GIRSANG(MEDAN)-HAMONANGAN GIRSANG(SUKABUMI)-HELZBERD JUSTIANUS HAMONANGAN GIRSANG(MAKASSAR)-HERTHA VERONIKA SINAGA(MEDAN)-SUZANNA GIRSANG(PEMATANG SIANTAR)-GIO ADAM ARTHANTA GIRSANG(MALANG)-ANTON GIRSANG(BANDUNG)-ABRI ANTO GIRSANG(LAMPUNG)-INDRA WALDIN GIRSANG(MEDAN)-ALBERTO ELPINSON GIRSANG(MEDAN)-ELJUNI EDIN GIRSANG(BIMA/NTB)-BARENOF GIRSANG(JAKARTA)-MICHAEL GIRSANG(MEDAN)-HOTBERDUANI YM GIRSANG(MALAYSIA)-NURSAIDAH NATALIN GIRSANG(MALAYSIA)-GUNTUR JULIANTO GIRSANG(SINGKAWANG)-MAYARANI GIRSANG(MEDAN)-PANGERAN CIPTA SETIA GIRSANG(SEMARANG)-ROBERT GIRSANG(BEKASI)-BOBBY ANGGA GIRSANG(MEDAN)-PAISAL GIRSANG(MEDAN)-JENNY OKTAVIANA GIRSANG(MALAYSIA)-JIMMI MOHSEN(DEPOK)-BERNAWATY GIRSANG(DAIRI)-VITA SILVANA UDUR GIRSANG(BANDUNG)-BIRMAN BAHAGIA GIRSANG(BEKASI)-VERA LISA GIRSANG(BANDAR LAMPUNG)-FEBRIYATI VERONICA GIRSANG(JAKARTA)-YAN RICKY DAMANIK(BANDAR LAMPUNG)-ROY IXEL GIRSANG(BATAM)-RAHEL DEWI YULINA GIRSANG(PALEMBANG)-SONDANG SARIAHMA GIRSANG(JAKARTA)-GUNAWANTA GIRSANG(JAKARTA)-HENDRA JANI GIRSANG(TANJUNG GADING)-HENDARTO WIJAYA GIRSANG(MEDAN)-

SIMALUNGUN_JEJAK LELUHUR MARGA GIRSANG (1)_Sample HiStory

Walaupun sekarang marga girsang dianggap sebagai salah satu marga simalungun,..Yang dianggap marga asli simalugun adalah :Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga.

FORHIDOS, FORUM SIPISO-PISO HILL REFORESTATION PROGRAM

FORHIDOS, FOrum pengHIjauan DOlok Sipiso-piso – Forum Penghijauan Bukit Sipiso-piso (SIPISO-PISO HILL REFORESTATION PROGRAM ), Forum ini digerakkan oleh swadaya..

SAYA ORANG (SUKU) BATAK...., BATAK APA ?

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang ..

Sipiso-piso Waterfall

Toba. Sipiso-piso waterfall was located on the shores of Lake Toba, unfortunately, a very interesting tourist attraction is less visited by tourists because of its location on the edge of which is different from Parapat city, where tourists usually visit.

MENGENAL LEBIH DEKAT J, TIDEMAN

Simeloengoen: het land der Timoer-Bataks in zijn vroegere isolatie en zijn ontwikkeling tot een deel van het cultuurgebied van de oostkust van Sumatra - Simeloengoen: the land of Timur-Batak in his former isolation and its developmentinto a part of the culture of the east coast of Sumatra

Jumat, 23 Desember 2011

NATAL - CHRISTMAS DAY

Orang majus mengunjungi Yesus
diperingati pada Malam Kedua Belas
setelah kelahirannya pada hari Natal
GIRSANG VISION : Perayaan hari kelahiran YESUS KRISTUS, SANG MESIAS JURU SELAMAT DUNIA, banyak diantara kita tahu makna NATAL, tetapi "sedikit" lupa sejarah dan mengapa ada HARI NATAL, baiknya menjelang NATAL ini kita tahu sejarah dari NATAL. Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari.

Etimologi
Kata “natal” berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dahulu juga dipakai istilah Melayu-Arab Maulid atau Milad. Pada negara-negara yang berbahasa Arab, hari raya ini disebut dengan Idul Milad. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti Misa Kristus. Christmas biasa pula ditulis Χ'mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.


Kelahiran Yesus menurut Alkitab
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (Matius 1:18-2:23) dan Lukas (Lukas 2:1-21).
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh Agustus, Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah palungan (malaf). Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, nenek moyang Yusuf, memenuhi nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2). (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah Zebulon.)
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan orang-orang majus dari Timur -- yang diduga adalah Arabia atau Persia -- untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang -- yang sekarang disebut Bintang Betlehem -- menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan murke pada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesiru ntuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes Arkhelaus) mereka pergi keGalilea dan tinggal di Nazaret.
Yusuf dan Maria serta Bayi Yesus Kristus

Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil Lukas adalah penyampaian berita itu oleh para malaikat kepada para gembala. Dalam Injil Matius dicatat bahwa ada orang-orang Majus dari Timur datang ke Yudea karena melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas wilayah Yerusalem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, pendapat yang paling kuat adalah dari Johannes Kepler, yang menerangkan bahwa Bintang Natal atau Bintang Betlehem itu secara astronomik adalah konjungsi planet Jupiter dan Saturnus pada konstalasi Pisces. Dan konjungsi ini memang benar terjadi pada bulan Desember tahun 7 SM. Mula-mula orang-orang Majus itu bertanya-tanya kepada penduduk Yerusalem, kemudian mereka dibawa menghadap raja Herodes. Raja Herodes bertanya kepada ahli kitab, di mana Mesias akan dilahirkan. Berdasarkan Alkitab, Mesias akan dilahirkan di Betlehem dan informasi ini dipakai untuk membantu para orang majus mengetahui letak di mana Yesus dilahirkan. Herodes minta akan setelah bertemu bayi itu agar mereka kemudian dapat melaporkan kepada Herodes. Tetapi karena mengetahui niat Herodes yang jahat , para orang majus tidak kembali melaporkan kepada Herodes.


Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natal, kartu Natal, bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas.

Asal-mula peringatan Natal
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens dari Aleksandria mengejek orang orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad abad pertama hidup kerohanian anggota anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
Tetapi di sebelah Timur orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta Epifania" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah – yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.

Sejarah
Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah penerimaan ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap (dewa) matahari: Solar Invicti (Surya tak Terkalahkan), dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung itu sesuai berita Alkitab (lihat Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).

Tanggal
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput.
Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi Mesianik, dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.

Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember. Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai 2:18-20:
“ Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat! ”
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.


Tahun
Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga anno Domini (Tahun Tuhan).
Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM ? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Romawi itu adalah tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan program sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun 4 SM.


Tradisi
Banyak tradisi perayaan Natal di barat yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai kebudayaan. Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin berhubungan dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada abad ke-18.
Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.
Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, berhubungan dengan St. Claus (Santa Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagi-bagi hadiah. Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Dalam tradisi Sinterklass Belanda – tokoh yang digambarkan oleh suatu iklan minuman Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut ini – menjadi bagian dari acara keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi. Yang sering kita lihat juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada, maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.
Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani seperti puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yaitu sejak minggu terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.


Makna Lilin Dalam Natal
Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang Kristus. Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap. Di dalam Alkitabpun tertulis tentang terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 : 1-18,” terang manusia”.
LILIN NATAL

Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan. Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah. Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.

Ekonomi
Natal biasanya merupakan stimulus ekonomi tahunan terbesar di berbagai negara di dunia. Penjualan barang-barang meningkat tajam di berbagai area retail, dan pada musim Natal orang-orang membeli berbagai hadiah, dekorasi, dan persediaan Natal. Industri yang bergantung pada penjualan di musim Natal antara lainkartu Natal, pohon Natal, dan lain-lain.
Selain kegiatan ekonomi terbesar, Hari Natal di berbagai negara Barat merupakan hari paling sepi bagi dunia bisnis; hampir semua toko retail, institusi bisnis dan komersial tutup, dan hampir semua industri berhenti beroperasi. Studio-studio film merilis berbagai film berbiaya tinggi pada musim Natal untuk menghibur orang-orang, yang sedang berlibur.

Sosial
Selama puasa, jemaat gereja-gereja Koptik, seperti Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ (Santa Maria), di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo mempunyai kebiasaan hanya makan sekali sehari dengan menu makanan semacam tempe (dari kacang-kacangan), namanya tamiya atau falafel yang dimakan dengan sepotong roti dan air putih. Karena itu, uang belanja yang biasanya mereka belikan daging dan menu lumayan mewah lainnya dikumpulkan dan diserahkan langsung kepada orang orang miskin yang dikoordinasi oleh Gereja.


Begitu banyak persepsi, pendapat dan asumsi yang dilontarkan oleh "manusia" tentang NATAL, tetapi satu yang harusnya kita camkan dan ingat dalam hidup kita, bahwa kehadiranNYA, YESUS KRISTUS membawa kasih, kedamaian dan terang bagi kita semua ANAK-ANAK TUHAN.


Selamat Hari Natal, Damailah kita semua.

Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya. Terimakasih GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

MERRY CHRISTMAS GIRSANG VISION GREETING CARD

GIRSANG VISION : 
SELAMAT HARI NATAL
Selamat hari Natal
Selamat hari Natal
Selamat hari Natal dan Tahun Baru

Salam bagimu sekalian, Selamat hari Natal dan Tahun Baru

MALAM KUDUS
MALAM KUDUS, SUNYI SENYAP
BINTANG MU GEMERLAP
JURUS'LAMAT MANUSIA TELAH DATANG DI DUNIA
KRISTUS ANAK DAUD, 
KRISTUS ANAK DAUD

MALAM KUDUS, SUNYI SENYAP
SEMESTA TERLELAP
IBU BAPAK YANG SALEH KUDUS
YANG TAK TIDUR MENJAGA TERUS
ANAK DALAM MALAF, 
ANAK DALAM MALAF 

MALAM KUDUS, SUNYI SENYAP
TUHANKU PENEBUS TELAH DATANG KE DUNIA
BAWA KESELAMATAN KEKAL
PUJI HALELUYA
PUJILAH HALELUYA

MERRY CHRISTMAS GIRSANG VISION 
GREETING CARD




















Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya. Terimakasih GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

BACA ALKITAB - READ HOLY BIBLE

GIRSANG VISION : Tanpa kita sadari, kita banyak membaca buku-buku dan informasi juga berita tentang sejarah, filosophy, dan sosial yang membuat kita semakin socialist atau mungkin cenderung kapitalist personality, alfa dan menghiraukan suatu buku/informasi/berita sukacita yang berasal dari sang pencipta, ALKITAB (HOLY BIBLE). Tidak salah kita mengisi hidup kita dengan wawasan dunia, tapi kehidupan kita memerlukan controling dan balancing agar kita menyadari bahwa segala yang kita miliki di dunia ini berasal dari berkah dan karunia ALLAH BAPA. 
Ada baiknya, walau dengan tampilan sederhana saja, kita luangkan waktu harmonis kita untuk berkomunikasi denganNYA dan membaca KABAR SUKACITA.
Baiklah kita mulai, 
PENGANTAR KITAB KEJADIAN

Buku Kejadian mengisahkan penciptaan alam semesta, asal-usul umat manusia, pangkal dosa dan penderitaan di dunia, serta bagaimana Allah berhubungan dengan manusia. Buku Kejadian dapat dibagi ke dalam dua bagian yang penting:
  1. Pasal 1-11. Penciptaan alam semesta dan asal-usul umat manusia. Dalam bagian ini juga diceritakan tentang Adam dan Hawa, Kain dan Habel, Nuh dan banjir besar, serta Menara Babel. 
  2. Pasal 12-50. Asal-usul nenek moyang bangsa Israel. Nenek moyang pertama ialah Abraham. Ia terkenal karena iman dan ketaatannya kepada Allah. Lalu menyusul sejarah Ishak anak Abraham, dan Yakub anak Ishak (Yakub disebut juga Israel). Kemudian sejarah kedua belas anak laki-laki Yakub. Merekalah yang menjadi pendiri kedua belas suku Israel. Penulis memberi perhatian khusus kepada salah seorang anak Yakub yang bernama Yusuf dan peristiwa-peristiwa yang pada akhirnya menyebabkan Yakub bersama anak-anaknya dan keluarga mereka masing-masing pindah ke Mesir. 
Meskipun buku ini mengisahkan tentang orang-orang di zaman awal, namun yang mendapat tekanan khusus ialah kisah tentang perbuatan-perbuatan Allah. Buku ini dimulai dengan penegasan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta, dan diakhiri dengan janji bahwa Allah akan tetap memperhatikan umat-Nya. Yang memegang peranan utama di seluruh buku ini adalah Allah yang menghakimi dan menghukum barangsiapa yang berbuat salah. Dia pula yang membimbing dan menolong umat-Nya serta membentuk sejarah mereka. Buku yang kuno ini ditulis untuk mencatat kisah tentang iman suatu bangsa dan juga untuk membantu agar iman itu tetap hidup.

Isi

  • Penciptaan alam semesta dan manusia 1:1--2:25 
  • Pangkal dosa dan penderitaan 3:1-24 
  • Dari Adam sampai Nuh 4:1--5:32 
  • Nuh dan banjir besar 6:1--10:32 
  • Menara Babel 11:1-9 
  • Dari Sem sampai Abram 11:10-32 
  • Para Kepala Keluarga: Abraham, Ishak, Yakub 12:1--35:29 
  • Keturunan Esau 36:1-43 
  • Yusuf dan saudara-saudaranya 37:1--45:28 
  • Orang Israel di Mesir 46:1--50:26 
Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya. Terimakasih GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

Senin, 19 Desember 2011

KISAH "ANTO GIRSANG" DI BUKIT LEHU (KEINGINTAHUAN - KETULUSAN dan KEIKHLASAN )

GIRSANG VISION : Cerita ini didapat dari Sanina SAMSON GIRSANG (Batam) dan cerita ini layak dibaca dan menarik untuk diambil hikmah yang begitu baik didalam cerita ini. Berikut cerita tersebut :
Salam Girsang.....!!!
"KISAH NYATA SEORANG PEMUDA GIRSANG SAMPAI KE TUGU LEHU"

Ada seorang pemuda Girsang yang begitu besar keinginannya untuk mencari dan mengetahui asal-usul dan semua sejarah tentang GIRSANG, usia pemuda itu kira-kira sekitar 21 tahunan waktu itu.

Setelah si pemuda bosan bertanya kesana kemari tentang GIRSANG di Kota Medan (Dia lahir dan Besar di Medan) di putuskanlah berpetualang ke kampung asal orangtuanya di Panei Tongah.

Ternyata di Panei Tongah juga tidak puas atas Informasi yg di peroleh karena sama saja dgn keterangan-keterangan dari yang didapatnya di kota Medan, ada yg bilang bahwa GIRSANG sama dgn Sihombing Lumban Toruan, ada juga yang bilang  Marga Purba itu abangnya Marga Girsang.Tapi yg Jelas dari sekian banyak informasi yang di dapatnya, Girsang dari Naga Saribu tidak pernah lepas dari setiap pembicaraan jika sang pemuda mulai bertanya tentang Girsang.

Kemudian di lanjutkanlah petualangannya ke SILIMAKUTA, wajar kita sebut sang pemuda "berpetualang" karena tidak ada kenalan, kerabat atau keluarga yang di TOPOT (ditemui), si pemuda lahir dan besar di Medan dan belum pernah marhuta-huta kemana-mana kecuali kampung orangtuanya di PANE TONGAH dan Bahasa Simalungunnya pun masih marpasir-pasir.

Tetapi karena begitu semangat yang berkobar-kobar dan ingin membuktikan bahwa dirinya GIRSANG, bukan GIRSANG NA LILU, maka sampailah sang pemuda di Seribu Dolog, dari beberapa Tetua Girsang yg di bisa ditemuinya,  akhirnya bertemulah si pemuda dengan seorang pengusaha dan Tokoh Girsang yang merupakan pemilik usaha "BINTANG TANI" yang juga seorang TOKOH GIRSANG (siapa namanya yah ?) yang berperan besar dalam pembangunan TUGU GIRSANG  di Bukit Lehu, dari beliaulah petunjuk bahwa sudah ada TUGU GIRSANG di Bukit Lehu.

Hati sang pemuda semakin senang dan makin bersemangat untuk mengetahui dimana dan bagaimana sebenarnya Tugu Oppung kami itu sebenarnya.

Dari petunjuk yang ada maka berangkatlah sang pemuda  melanjutkan perjalanannya ke daerah Dairi, entah bagaimana caranya, tanpa di sengaja sampailah sang pemuda di Sumbul dan setelah sekian lama menunggu kendaraan umum yg menuju ke Bukit  Lehu tidak kunjung tiba juga,  maka sang pemuda memutuskan untuk "Manapaki" alias jalan kaki (kurang tahu juga berapa jauh jarak manapaki itu, Red).
TUGU GIRSANG DI BUKIT LEHU
Sesampainya di Bukit Lehu, tepatnya di Tugu Girsang Lehu, tanpa siapa yang mengomandoi, mendadak sudah ada beberapa Orang Tetua Girsang dari berbagai penjuru huta/kampung terutama dari perkampungan yg dekat Tugu menunggu kedatangan seorang Ginompar Girsang
yg berhati mulia dan dianggap sebagai utusan sebagai PANUKKUNAN.

Luar biasa dan sulit dipahami secara logika dan juga tidak masuk akal tapi ini nyata terjadi, dalam hati dan pikiran Seorang Pemuda ini, dalam kalimat-kalimat sambutannya pun banyak yg memeluk si pemuda sambil menangis dan haru begitu juga dgn Para Tetua-Tetua yang datang. 
Ada salah salah satu Tetua itu bermarga Lumban Toruan yang mempunyai istri Boru Girsang (HAH !!! -red) dan si pemuda ini bingung dan kembali bertanya "Ai mase Ham mangalap Boru Girsang anggo memang do sada garis keturunan dope dohot Marga Girsang, songon cerita ni Toba...? " lalu  si bapa  Lumban Toruan menjawab, bahwa dirinya  mangalop Boru Girsang karena permintaan "sahala ni Oppu" yang datang kepadanya dan mengatakan harus Boru Girsang yang jadi istrinya (Sedangkan menurut Tarombo Sihombing Lumban Toruan, yang menyatakan bahwa GIRSANG masih bersaudara darah dengan Lumban Toruan, dan tidak mungkin ada "Sahala Ni Oppu" yang memerintahkan hal yang dilarang/tabu dalam adat dilakukan, karena yang dilarang menurut adat adalah "mardawan begu" atau saling kawin mawin dengan pasangan yang semarga).

Mendapat penjelasan dan alasan dari bapa Lumban Toruan tersebut, semakin berkerutlah dahi si pemuda yang  "Bingung Tujuh Keliling", karena si pemuda melakukan perjalanan sampai ke Bukit Lehu ingin "Manukkun"  bertanya, tetapi "kenapa saya yang jadi tempat Panukkunon ?". Setelah Para Tetua Girsang ini membawa sang pemuda berkeliling di daerah Bukit Lehu sampai ke Air Bertingkat Tujuh dan Goa yg ada di sekitar Bukit Lehu, diadakanlah semacam ritual "Mamotong Pinahan" sampai "Manuk Na Iatur", dari sekian PROSESI RITUAL tersebut si pemuda ini masih tetap bingung tapi tetap si pemuda tetap mengaku masih dalam keadaan sadar dari awal sampai akhir ritual. Tetapi semua para peserta yang ada menganggap Sang Garama Girsang ini Sudah SOLUK dan tetap Percaya bahwa PEMUDA INI SEBAGAI UTUSAN OPPUNG GIRSANG NA JOLO.

Sewaktu acara makan bersama tiba-tiba hujan turun, tetapi hanya di tempat mereka berkumpul saja sedangkan di luar area mereka makan bersama matahari masih memberikan teriknya dengan sangat panas. Dalam prosesi ritual terakhir di ambillah sebuah Jeruk Purut yg besar, bagus, cantik dan mulus, Atas permintaan  Para Tetua-Tetua si pemuda ini dimintakan untuk memotong belah jeruk perut tersebut (Para Tetua ingin mengetahui, apa hasil potongan jeruk purut tersebut dalam penglihatan magis/terawang mereka). 
Setelah di persiapkan semua dengan baik, pisau yang tajam dan alas (talanan) yang diatur sedemikian rupa untuk membelah Jerut Purut itu, Si Garama Girsang ini dengan hati yang bersih tanpa ada mantra dan masih dengan Ikhlas dan dengan perasaan yang tenang dan sadar maka dibelah potong dua juruk purut itu, begitu terbelah DUA JERUK PURUTnya, masyarakat sangat terkejut melihatnya, ternyata jeruk purut tersebut sebelah BAGUS dan BERSIH dan sebelah lagi BUSUK dan RUSAK. Padahal jeruk purutnya dari luar masih terlihat bagus dan segar. Dengan hati yang tenang terucaplah Si Garama Girsang berujar dengan kalimat logika :

"SONAHA DO NASIAM MAMBAHEN MARSADA GIRSANG SEMANCA NEGARA SEMENTARA LANG SADA PARUHURAN ?" 

Dibagi ceritakan oleh :
SAMSON GIRSANG
Tarbukti bani Uttei Mukkur On sambolah jenges tapi na sambolah nari Busuk.....! Di Tugu Girsang Lehu itu ada di tertulis "GIRSANG SEMANCA NEGARA"

Apapun alasan Si Pemuda Girsang ini, Para Tetua-Tetua dan masyarakat itu tetap percaya bahwa SI PEMUDA tersebut adalah Utusan OPPUNG GIRSANG dan mereka telah mengabadikan namanya di Tugu itu  "ANTO GIRSANG" dan kabarnya sampai sekarang mereka kehilangan dan terus mencari-cari di mana keberadaan Si GARAMA GIRSANG PETUALANG itu.

Sepulang dari Petualangannya berceritalah si pemuda tersebut di kampungnya Panei Tongah dan akhirnya diadakan lah kunjungan besar-besaran, Semua KELUARGA BESAR GIRSANG yang ada di daerah PANEI SAMPAI TIGA PAS ke Bukit Lehu, TUGU GIRSANG.

Penutup :
Nasiam Sanina,Orang Tua, Oppung Nami na dihut bani acara ai,  sonari sehat-sehat do Si Garama ondi tapi sonari lang be garama tapi doma berkeluarga niombahni sada dope daboru janah rup do Hanami i BATAM Makkais- kais Hagoluhan on.
"Saudara-saudara'ku, orangtua dan kakek-nenek yang kami cintai yang ikut pada acara tersebut, sekarang sehat-sehat saja si pemuda tadi, tetapi saat ini sudah berkeluarga dan mempunyai seorang putri, dan saya, Samson Girsang dan Anto Girsang sama-sama bekerja di BATAM mencari rejeki"
PESAN SAMSON GIRSANG : @=> All...... Semga kita dapat mengambil arti dan kikmah dari CERITA NYATA ini.


Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya. 
Terimakasih GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

Girsang di Pustaha Partingkian Bandar Hanopan

GIRSANG VISION : IDE ARTIKEL DAN DOKUMEN MILIK SAUDARA DORI ALAM GIRSANG -
“Urangkaya Madayung!” nini Raja Pane, “roh hujon Harajaan sini Silou, atap aha do gan parayakon ni hu Pane on”, nini Raja Pane, “sahalaksi huidah sadalanan.”

“Sonaha ma tongon Harajaan sini Silou, aha do baenonmuyu na roh hu Pane on?” nini Urangkaya Madayung.

“Ahu, ase roh ahu hu Pane on, domma ipahoruskon Raja Silou Bolak Raja Rubub”, nini Harajaan sini Silou.

“Ianggo sonin ma tongon, balou ma sahalak ham sadalanan”, nini Raja Pane. “Ulang ham sahalak-sahalak sadalanan, on ma hasomanmuyu, nini Raja Panei; diborehon ma si Juhar, ia ma na lobeni Partanjabatu; ia Partumbak Dolog na marmorgahon Girsang.

Ase laho ma use Harajaan Silou hu Siantar. Ase diparhatahon Harajaan Silou ma gan Urangkaya. Manise ma Raja Siantar: “Urangkaya, ise do in?” nini Raja Siantar. “Harajaan Silou!” nini Urangkaya. “Sonaha in ase sada ham sadalanan?” nini Raja Siantar. “Ia huidah sapari, songon panagalan longa do huidah jolma mangirikhon ham Raja Silou; in gonup do arta raja mangiringkon ham”, nini Raja Siantar.

“Mulahsi sahalak au sadalanan, domma ipahoruskon Raja Silou Bolak Raja Rubun, inang pe domma iboba Raja Asih, botouhu sada, anggingku sada, in ma mulahsi sahalak au sadalanan”, nini Harajaan Silou.

“Ia sonin ma tongon balou ma sahalak ham sadalanan”, nini Raja Siantar. “Sonin pe ulang mali tondimuyu, nini Raja Siantar, “on ma hasomanmuyu sada.” Diborehon Raja Siantar ma si Birong na marmorgahon Sipahutar, ia ma na lobeni si Rahalam na marmorgahon Sipahutar di Tanoh Dolog.

Ase laho ma use Harajaan Silou hu Tanoh Jawa: “Aha do nani bahenon ni Harajaan Silou hu Tanoh Jawa on?” nin Raja Tanoh Jawa.

“Ahu, ase roh ahu hu Tanoh Jawa on, domma ipahoruskon Raja Silou Bolak Raja Rubun”, nini Harajaan sin Silou.

“Ia sonin ma tongon balou ma ham sahalak sadalanan; age sonin ulang mali tondimuyu”, nini Raja Tanoh Jawa. “On ma bani hasomanmuyu”, nini. Iborehon ma si Baresa namarmorgahon Tambunsari, in ma ase dong do gan ompat sadalanan Harajaan Silou.

Laho ma gan hu Dili marayak Puangta Dili. “Aha do nani parayakon ni Harajaan Silou hu Dili on?” nini Puangta Dili.

Ase dilulu Pamogang ma gan Harajaan Silou: “Aha do parayakonmuyu sini Silou hun Dili on?” nini Pamogang. “Ia parayakonhu hu Dili on: Domma ipahoruskon Raja Silou Raja Rubun; domma iboba Raja Asih inang hu Asih,” nini Harajaan Silou.

Ase diborehon Puangta Dili ma gan hundulan ni Puangta Dili. Ase diboba-boba Harajaan Silou ma ape ni Puangta Dili, hu bah pe diboba-boba Harajaan Silou ma barang hu juma.

“O Harajaan Silou! Mambahen judi ma ham use, Judi Tangtang Namur”, nini Puangta Dili. Ase dibahen Harajaan Silou ma gan judi ondi, ia ma gan Judi Tangtan Kahe. Adong ma ma gan tara dapot Harajaan Silou, ia gam dipambolini hiou sinde; ia ma gan diparabit Harajaan Silou.

Ai manise ma Puangta Dili: “Adong ma hape hioumu hiou sinde?” nini Puangta Dili dompak Harajaan Silou.

“Dong ma Tuanku; dibahen domma isuruh ham au mambahen judi, dong dapot au tara otikon, in ma ase dong pambolingku”, nini Harajaan Silou.

“Boba ma apehon”, nini Puangta Dili. Ase diboba Harajaan Silou, iambungkon ma bani ompa ape ondi hubagas paya, sidalian ni Harajaan Silou ase ulang mamboba ape hundulan ni Puangta Dili.

“Pasah-pasah ma ham Harajaan Silou”, nini Puangta Dili.

“Tuanku, ulang ma ahu dibunuh ham, sedo in niutuskonku; porih ham age hiouhon marapu ma bani hubang; ambit niutuskonku, lang be holong ateihu sonin bayu ni hiouhin? Das lang be namin holong ateihu?” nini Harajaan Silou.

“Harajaan Silou e, onggo sonin ma hatamu, ulaki ma mambaen judi”. “Siulaki ma tongon”, nini Harajaan Silou. Ase diulakkon Harajaan Silou ma mambaen judi di Tanoh Dili.

Ditangar Raja Silou Bolag adong do gan mambahen judi di Tanoh Dili, ase disuruh Raja Silou Bolag ma Nagodang Malayu ompa Nagodang Simbolon, marayak Raja Siantar.

“Sonaha ma nani hata bobaonnami?” nini Nagodang Malayu ompa Nagodang Simbolon. “Ia hata bobaon: “Ulang ma dua mata ni ari di Tanoh Silou on, sonin ma hata bobaon.”

Ase laho ma gan Nagodang Simbolon hu Siantar, ase diadap Nagodang Simbolon ma gan Raja Siantar. “Aha do baritamuyu Nagodang Simbolon?” nini Raja Siantar. “Adong hata ni Raja Silou Bolak: Ulang gan dua lian sasangge, nini Raja Silou, i Tanoh Silou”.

“Iak ma ningku Nagodang Simbolon, sadiha ma nani bala tagangonku?” nini Raja Siantar dompak Nagodang Simbolon.

“Ia dong do gan namine boi dipaborhat ham, agendo pitu ratus.” “Onggo-onggo nansa in”, nini Raja Siantar.

Ase dipaborhat Raja Siantar ma Raja Baringin laho hu Dili; das ma gan di Dili Bala na pitu ratus ompa parsaholat ni Raja Siantar na margorankon Parbaju Sigalunggung.

Manise me Pamogang Dili: “Aha do nani ayakan ni sin Siantar in hu Dili on?” nini Pamogang Dili. “Ia parayakonnami: Adong gan di Dili on Harajaan Silou mambahen judi, Judi Tangtang Namur”, nini Gamot Siantar. “Dong do tongon”, nini Pamogang Dili.

Roh ma gan Raja Baringin hu parjudian Judi Tangtang Namur, ginolom ni Harajaan Silou. “Marjudi au mangkela!” nini Raja Baringin dompak Harajaan Silou.

“Ulang hita marjudi lani”, nini Harajaan Silou. “Saamas ansogot, saamas bodari tinjou ni ulubalangta, boi do hutarahon”, nini Harajaan Silou. 

Oleh : Dori Alam Girsang
“Marjudi do ahu mangkela, sonin halak, sonin ahu.” Mintor itangkap Raja Baringin ma porang, marjudi ma Raja Baringin, talu dua puluh amas. Ase dilumpatkon Raja Baringin ma utangni ondi, laho ma ia hu rumah.

“Martondok ma lobe judi on alo amang, mangayaki ma ahu lobe”, nini Harajaan Silou. Ase didilo Harajaan Silou ma si Birong ompa si Juhar ompa si Baresa, ase odor ma gan sidea na ompat ondi. Das ma gan di rumah: “Galari hita lani utangta ondi”, nini Harajaan Silou.

“Sonin ma mangkela, eta ham ma hu toruh in”, nini Raja Baringin, “di horbangan ai pe au manggalar”, nini Raja Baringin. Ase marbaju ma gan Raja Baringin baju sarumpitpit; ase dipartomuhon Raja Baringin ma Harajaan Silou.

Ase ditangkap Harajaan Silou ma rinsung ni Raja Baringin. Ase manise ma puanglima ni Raja Baringin parsaholat Parbaju Sigalunggung, ase kehe ma bala na pitu ratus.

“Paulak alo Raja Silou rinsung ni Raja Baringin in”, nini bala na pitu ratus. “Nada au paulaksi ianggo lang digalar utangni bangku”, nini Harajaan Silou. “Ianggo lang da ipaulak ho, ibunuh hanami ma ham”, nini puanglima ni Raja Baringin.

Ase roh ma gan Rayat Sibolonan Dili ompa Pamogang, mintor didahop Rayat Sibolonan ma Harajaan Silou. “Ise do na mandahop au on, jolma sonaha do in?” nini Harajaan Silou. “Jolma bonar do”, nini Rayat Sibolonan Dili.

Ase ditogu ma gan hu alaman bolag, tumpu ma gan gamot Dili hu alaman bolag. Manise ma halak na mabue: “In ma Harajaan Silou ia?” nini halak na mabue barang anakboru. “In ma”, nini Pamogang.



Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya. 
Terimakasih GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

Girsang di Parpandanan Na Bolang

GIRSANG VISION : IDE ARTIKEL DAN DOKUMEN MILIK SAUDARA DORI ALAM GIRSANG -Ibahenma Goranni Anak Panunda , Ini salah satu judul dari Pustaha Parpandanan Na Bolang

Jadi roh ma puang bolon, pakon panak boru Nandorhaya di Bulan, ibobanma bajudni, isurdukhon ma demban bani Guru Gumbak na Bolon, jadi marhata ma Guru Gumbak na Bolon: “Naha do lai, Puang Bolon, hatani dembanta on?” Marsampang ma puang bolon: “On do nini Besan. Ipilih na Besan ma goranni hamanakkanni on!” Jadi marsampang ma Guru Gumbak na Bolon use: ”Naha ma ningon au mambaen goran, seng dong ipamilihkon ari ipanjomputhon boras, arini pe lang naingat, panorangni pe lang na botoh, sabab ribut ijondi bai partubuhni tuan huta on. Ijin do ia tubuh, ijin ma matei raja ondi, ai ma mambaen lang tarpilih atap lang tarbuat goran anggo nini uhurhu, hita malah mangkuhup-kuhupkon goranni lai”, nai ma nini Guru Gumbak na Bolon ondi.

Marsampang ma use puang bolon ondi: ”Ia si Sormaliat nai goranni tondongni na si Besan, naha do gakni ai?” Jadi marsampang ma use Guru Gumbak na Bolon: ”Mase ma nai songon na marsarat goran ai?” ”Non do nini Besan, huahapkon ibaen na dob salpu, hun nagori hapoltakan nari, songon pinomparni andor pastap do au, sanjongkal pe lang na pintor, odohan ni jari pe lang matorang, naniateihon nami i rumah bolon on, nai homa uhurni Tuan Anggi huta on, songon na marliat-liat do uhurni dompak tondongmu on, saor ibotoh na si Besan do, lang pala hagoranan ganup. Aima ase si Sormaliat malah goranni. Seng pala kuhup-kuhup konon ai nini Besan. Riahta ai malah mangkuhupkon domma tuduh sanggah panorangni”.

Jadi marsampang ma Guru Gumbak na Bolon: ”Anggo nai ma ninta lai, nai ma hape”. Dob ai isuruh puang bolon ma Nandorhaya di Bulan pakon panak boru Nardorhaya di Ari manromei boras sapuluh tumba ase iduda manjadi nitak. Dob konsi siap nitak ai iduda, ipamborei ma ai bani singkuta haganup, marurang tangga, mangihut demban dua lambar bei, mansaorhon goran ai, ase ibotoh sidea Tuan Sormaliat ma goranni tuan ai.

Dob ai jumpahma ari patarni laho ma sidea martondur hu Dolog Kasawan rup pakon juak-juakni na margoran si Girsang Doriangin. Das ma sidea i Dolog Kasawan, sanggah martonun do panak boru Dolog Kasawan jumpah sidea, ai ma i balei panjangeian, anjaha martudung-tudung hiou gipul do ia marsurat niadamar (hiou sinuat). Dob konsi ididah panak boru ai Tuan Sormaliat, mintor tarolos do ia mangangkati demban bahen surdukhononni bani Tuan Sormaliat. Dob ai isurdukhon ma demban ai, itangkap tuan ai ma, anjaha isurdukhon si Girsang Doriangin ma parpuran bani panak boru ai, anjaha ihut ma ihatahon si Girsang Doriangin mangindo hata madear humbani panak boru ai.

Nini si Girsang Doriangin aima: ”Sintabi banta panak boru, ia panroh nami on, malas ni paruhuran do. Na manaruhon hata na sada do hanami mangalop hata na dua”, nai ma nini si Girsang Doriangin. Balosni panak boru: ”Ai Girsang Doriangin, na songon si dongkei balang do au bapa, seng pola bulungan, hopalang sangkalan, naha ma ningku nani, na tardogei andar ransang, tarpangan indahan siporhas, murah ma ningon hata, hata pe lang hubotoh, murah ma ningon mardalan, mardalan pe lang hubotoh, na murah ma ningon minum, minum pe lang hubotoh, atap tarpangayah tumang do holi jolma”.

Marsampang ma Tuan Sormaliat use nini ma: ”Seng sonai panak boru anggo nini ateihonku, songon na run-runma, runrun di ajibata, timbahi na umperak gundur na gumalapa; anggo nini ateihonku, bai hata na run-run bai bangsa sibalosi hita ma uhurhu, ulang be maen hata”.

Songon na borat tumang di iahap panak boru ondi mambogei hata ai. Non ma nini panak boru ai mambalosi: ”Tuan nami, sedo tuktukon batu, papan do situktukon, sedo sungkunon au, bapa do sisungkunon”, nai ma nini panak boru ai. Tontang jai maruhur ma Tuan Sormaliat pakon si Girsang Doriangin. Jadi nini si Girsang Doriangin ma use: ”Ai panak boru, na sungkun pe bapa jenges do, agendo dong hata bobanon. Naha ma ningon manungkun hu tongah, anggo seng dong hata bobanon humbani ulu balangni panak boru”, lanjar iberehkon si Girsang Doriangin ma tanda hata. Ia tanda hata ai, omas bunga-bunga do iberehon, ampa simata si raya ponlas. Jadi roh use panak boru ondi, iberehon ma homa hiou tanda hata hiou sanlambar pakon tintin sada, aima marmata punei. Dob ai mulak ma sidea humbani balei panjanggeian ai.

Jumpah patarni, padua ariankon isuruh Tuan Sormaliat ma Gamot Parpandanan na Bolag ai ma wakil Datuk Pamogang, na marayakhon gamotni Tuan Dolog Kasawan manungkun hu tongah atap na dear do uhurni panak boru hu Parpandanan na Bolag, na mambahen tunanganni Tuan Sormaliat. Jumpah ma sahap ai humbani Tuan Dolog Kasawan, dear do, seng dong marhata ulang. Ai ma ipatugah gamot bani wakil Datuk Pamogang. Mulak ma wakil Datuk Pamogang hu Parpandanan, ipatugah ma sahap na madear ai. Dob ai dong ma kira-kira lima ari, isuruh Tuan Sormaliat ma si Girsang Doriaman mamareksa jambulan ondi, ai lalap do ia tudung, seng ongga taridah jambulanni. Ipareksa ma tongon i Dolog Kasawan, hu bah pe panak boru ai lang ongga itanggali tudungni ai.

Pusok tumang do uhurni si Girsang Doriangin, naha ma hubahen nani, nini uhurni, ase taridah jambulanni panak boru ai, isari be namaruhur na lojing, ibuat bana ma ultop, ibuat ma bungani bajaronggi, mambahen lingkitni ultop ai. Jadi iultophon ma hubani tudungni panak boru ai. Solotma hubani lompitanni hiou ai bungani bajaronggi ai.

Jadi nini si Girsang Doriaman ma: “Sintabi banta panak boru, borei hita ma rudangta in bangku”. “Ija ididah ho rudangku?” nini panak boru ai. “Dong ma huidah ibai ulunta in”, nini si Girsang Doriangin. Jadi idadap panak boru ai ma uluni, seng jumpahsi rudang ai. “Naha do ham in, ihatahon ham do rudangku, tapi seng dong”. “Age sarsarhon hita tudungta in lai”, nini si Girsang Doriangin. Isarsarhon panak boru ai ma tongon tudungni ondi, matektek ma tongon bungani bajaronggi ondi. ”Ai hunja ma tongon roh ni ai nai?” nini panak boru ai, ”Seng na mangoto-otoi ham hape bapa”.

Lanjar taridahma jambulanni panak boru ai. Birong do naminei, tapi lang idingat mambahen ganjang antaram sua mambahen banggal. Anjaha dong homai do sada rahasia hun lambung, hatani halak, apala hata na tongon do ai, namangkusiphon bani pinggol ni si Girsang Doriaman. Dob konsi ai mulak ma ia hu Parpandanan. Dop ijai, ipatugah ma bani Tuan Sormaliat na tarjadi ai haganup. Nanididahni matani ampakon nibogeini pinggolni. Nini Tuan Sormaliat ma: ”Naha do ambia Girsang Doriangin pamareksamu bani panak boru ai?” ”Naha ma ningku Tuan nami, mambalosi hatanta ai, ia lang hupatugah, sihol patugahonku. Ia hupatugah, ulang nini uhurhu”. ”Mase nai nim ambia”, nini Tuan Sormaliat. ”Non do Tuan nami, ia jambulan jonggi …ondi seng idingat mambahen ganjang, antaram sua mambahen banggal. Nada do au nada Tuan nami, sipulpul bartong ondi. Domma ibondut itok sibaroh hundul tangan, nada do au nada Tuan nami, panak boru Dolog Kasawan ondi. Domma ibuat bapani ulihni paganjangkon”.

Jadi marhatama Tuan Sormaliat nini ma: ”Anggo nai do ambia, au pe magigi ma, jagar manintak ma hape in. Laho ma ho, susunkon ma hata, lang be saut langkah ondi”.

Patarni tongon laho ma si Girsang Doriangin marayakhon panak boru Dolog Kasawan, jumpahsi ma sanggah martonun i balei panjangeian, ijaima idapothon, nini si Girsang Doriangin ma: ”Sintabi banta panak boru, dong hata huboban humbani Tuan Sormaliat”. Jadi marsampang ma panak boru ondi: ”Naha use sahap sibobanonmu Girsang Doriangin?” nini panak boru ai. Marsampang ma si Girsang Doriangin use: ”Porporhon hita ma buluhta ulang lawah-lawahon, si hilap bajaronggi, marbunga ma juragi. Poshon hita ma uhurta panak boru, ulang kawah-kawahan, anggo Tuan Sormaliat marubah ma sonari”.

Mintor tardosak ma darohni panak boru ai, jondo ma bana. Tinonunni ondi be lang martontu bei, madabuh ma pakon tulakni seng iahapkon, mambur ampa isini bajud so ibogehkon manangar sahap ai, halani pusok ni uhurni. Songon na longang tumang do uhurni, seng ibotoh marsampang, anjaha sip bei. Dokah-dokah use, nini panak boru ai ma: “Ou Girsang Doriangin, tiptip pahu salendang amang, salendang pandurduran, otik do bangku demban amang, demban laho marsirang; ia sirang ma jolma, agendo dong tangis-tangison” nai tumang do sampangni.

Marsahap homai ma si Girsang Doriangin, sambil mangapoh nini ma: “Ai panak boru, ia hutoktok sihor, sihor si panjori; matektek anak bintang, tampei hu bulung hori, anggo nini atehonku, hita mardumpar bohi. Seng hape tarjai seng dong rongkap ni tonduy, ulang pala malungun uhurni panak boru. Buei-bueini jolma tene na mambahen halahoanta”.

Marsampang homai ma panak boru ondi, mambalosi hatani si Girsang Doriangin ai, nini ma: “Ai Girsang Doriangin, ia sinrobe gundur, sinrobe golang-golang; paspas ma lo tanggiang, pusukni hayu madong; ijon hita marsirang, tadingkon ma bapa parmanohan, nasain dokahni ari domma hita somal”. Jadi ipatugah si Girsang Doriangin ma hata ai bani Tuan Sormaliat. Jadi iberehon Tuan Sormaliat ma sada tintin na humbani panak boru ondi. Nini Tuan Sormaliat ma mangkatahon hu bani panak boru ai: ”Ulang iruntuk pandis, pandan arirang ou, manjomur ma simonggei, sampalan mariah tondang; ulang panunut tangis panak boru bani na sirang, anggo manomboh siholta, tarei hita bintang na rondang”. Anjaha roh ma bangorni uhurni panak boru ai mambogei hatani Tuan Sormaliat ondi. Dob ai mintor ibuat Tuan Sormaliat ma gotong-gotongni humbani uluni, iapushon ma hubani iluhni panak boru ai. Lanjar isummah ma ia. Lang pala piga dokah nari mulak ma sidea hu Parpandanan na Bolag. Tapi anggo panak boru ai marpusokni uhur itadingkon sidea.

Das ma sidea i Parpandanan na Bolag, i dokah-dokahni ari use seng be dong marhatontuan i rumahni Tuan Sormaliat. Anggo nini uhurni gamot pangulu dusun maningon mambuat boru ma Tuan Sormaliat. Ija pe lang adong torihon boruni halak na suman, soh ma ia lobei.

Atap piga-piga dokah, roh ma use Tuan Rahat di Panei mambahen podah bani Tuan Sormaliat, nini ma: Ou Sormaliat, anggo jolma ambia anakni harajaan, ulang lang nibotoh mate ni judi”. 
Oleh :
Dori Alam Girsang.
”Ajari ham ma au bapa”, nini. Jadi ipaturei sidea ma sada parjudian i horbanganni Parpandanan na Bolag, kira-kira dua puluh holak daohni humbani horbangan ai, imungmungkon ma homa hubani huta na dohor ampa parhuta na daoh na dob parjudian, nai ge na hun Dolog Hararasan roh ma hu gaduh ai, si gaduh do goranni parjudian ai ibahen sidea. Anjaha tanoh do ipaholbung hira-hira lima holak parsagi anjaha judi porang do judi ijai, buluh do ialasi mambahen porang. Hira-hira nansa jari-jari indidihil do banggal ni buluh ai ibatisi anjaha rampah do goranni sugulangon ai, sada hayu sada batu, opat suhi bei do ai, parlunjangni songon parlunjangni tolur do, hupasni sada marmata sada, hupasni na sada marmata opat. Ia goranni na marimbang i bagas judi ai na marlawan do tari hu duga, marlawan do halaga hu tiga. Artini tari ai ma mata ompat pakon mata waluh (ompat-ompat). Ia lawanni sitolu ampa sitolu aima onom (duga ma goranni ai). Ia si sada ampa si sada aima mata dua, kawanni duga ma homani. Jadi ia mata tiga ai ma dua pakon sada (tiga ma goranni), mata pitu pe tiga do goranni. Aima na marlawan ampa halaga. Ai ma ruji-rujini judi na hinan na ginoran judi porang. Anggo sugarani aima Tuan Rahat di Panei (panungkunan bani judi).

Jumpah ma panorangni, mariah ma na marjudi ijai, iparlajari Tuan Sormaliat ma tongon matani judi,

 marimbang ma ia ampa Tuan Dolog Hararasan, bahat ma monang Tuan Sormaliat, megah ma Tuan Sormaliat. Jadi anggo Tuan Rahat di Panei songon na marhoru do dirina ibahen tontang jai. Nini Tuan Rahat di Panei ma: ”Ou Sormaliat, paradiankon ma judimin ambia, dob ma magou hita”. Jadi nini anakni ondi ma: ”Mase magou nimu Bapa Anggi? ”Domma bahat monang hita”. Nini Tuan Rahat di Panei ma: ”Monang ma nim ambia na talu do hita in. Ai lang ibotoh ho judi on, judi mangalam bunga do na talu”. ”Seng hubotoh Bapa Anggi, lang dong tugah-tugahmu bangku”, naima nini Tuan Sormaliat. ”Lang pe ibotoh ho ambia, anggo hita in na talu ma”, nai ma nini Tuan Rahat di Panei. ”Anggo sonai sonaha ma Bapa Anggi?” ”Nagalar do hansa ambia”. ”Seng dong sungkup galarta Bapa Anggi, sonaha ma?” “Anggo seng sungkup galarni, nini bapa anggini ondi, “ihutkon malah ambia parutangan ondi hu Dolog Hararasan. Naha pe anggo ipudianni ari atap boi holi huayaki ho, ihutkon malah”. Jadi naso binotohni Tuan Sormaliat, domma ihusipkon Tuan Rahat di Panei bani Tuan Dolog Hararasan, ”Bayangkon malah ia”. Anjaha parjudini Tuan Rahat di Panei do anggo Tuan Dolog Hararasan ondi.

Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.

Terimakasih
GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA


Kamis, 15 Desember 2011

TARAMBO SIHOMBING (Hubungan Antara Lumbantoruan-Sihombing dan Girsang)

GIRSANG VISION : Sejak kecil pernah mungkin tahu/dengar cerita tentang hubungan antara Marga Lumbantoruan - Sihombing dan Girsang, kala itu sedikit informasi yang bisa kita dapat bahwa ditanah SIMALUNGUN, Girsang adalah GIRSANG dan sekali waktu juga boleh "mengaku" bermarga SIHOMBING, dan kalau ditanya SIHOMBING dari mana ?, jawabnya SIHOMBING LUMBANTORUAN, Nomer berapa "No. 17". Cerita itu yang selalu terngiang dalam hidup sebahagian GIRSANG, hanya saja secara jelasnya belum detail penjabarannya, bagaimana hubungannya bisa terjalin ?. 


Dalam keingintahuan GIRSANG VISION mencoba surfing dan membaca-baca artikel-artikel tentang segala cerita/hikayat dan pendapat/opini yang berkaitan dengan MARGA GIRSANG. 


Ada satu artikel dari Tuan Guru Sinomba Siantar dalam Blognya yang menulis keterkaitan antara Marga Lumbantoruan-Sihombing dan Girsang, didalam Blog tersebut terbagi dalam 3 tulisan artikel yang dengan gaya bahasa aslinya saya salin ulang ke Blog ini agar mudah kita membacanya. 
(PERLU KEBIJAKAN HATI DALAM MEMBACA DAN MENELAAH ARTIKEL TERSEBUT, SIKAPI DENGAN POSTIF DAN MENJADI MASUKAN YANG BERMANFAAT, SEGALA PENDAPAT BOLEH DI CANTUMKAN DALAM KOMENTAR (DISQUS) DAN TANPA MENYERANG SIAPAPUN). 
Berikut adalah tulisan-tulisan tersebut :


TAROMBO SIHOMBING-1
Hubungan Lumbantoruan dengan Girsang
Sumber : http://tarombo-sihombing.blogspot.com/2011/03/hubungan-lumbantoruan-dengan-girsang.html
Sudah banyak terjadi bahwa satu marga dapat timbul atau terjadi dari marga lain, maaf kl dpt saya sebut marga induk. Bilamana marga2 yg muncul tsb tidak MENGAKUI fakta2 sejarah, maka itu terserah kepada yg bersangkutan. Kita semua konsisten mengakui marga kita sendiri bukanlah krn Internet. Mohon maaf se-besar2nya jg kami haturkan bila tulisan saya ini membuat orang sebagian tersinggung, tp paling tidak kami hanya memberitakan apa yg kami ketahui wl baru sedikit dari apa yg telah dikatakan kakek kami turun temurun. Bilamana tulisan ini tdk berkenan pada saudara2ku mohon anggap saja angin lalu. Pada hakekatnya tidak ada maksud2 tertentu apapun bentuknya sbg tujuan tulisan ini.

  1. Pada prinsipnya di kalangan marga Sihombing Lumbantoruan Borsak Sirumonggur tidaklah benar meminta-minta Girsang agar menjadi bagian dari Sihombing.
  2. Marga Sihombing sudah besar dan banyak jumlahnya, tapi kami masih perlu untuk mencari bilamana ada dari Silsilah yg masih hilang dan jelas keberadannya.
  3. Marga Sihombing akan TETAP MENGHARGAI dan MENGAKUI keberadaan marga GIRSANG sebagai suatu kenyataan.
  4. Bagi sebahagian GIRSANG baik yg dari LEHU, SIMALUNGUN, KARO yg mengakui marga induk dari Lumbantoruan diharapkan tetap mempertahankan eksistensinya dan kami berdoa pada Tuhan YME tetap diberkahi hamoraon, hagabeon, hasangapon.
  5. Untuk siapa saja yang ingin mengetahui TONA (Pesan) kakek kami turun temurun mengenai Girsang maka dengan sangat berbahagia dapat kami memberikannya TANPA pretensi apa2.
Semoga marga Girsang selalu diberkati Allah dimanapun berada menjadi marga yang besar.
Horas..mauliate…botima

TAROMBO SIHOMBING-2
Hubungan Lumbantoruan dengan Girsang Bag.2
Sumber : http://tarombo-sihombing.blogspot.com/2011/03/hubungan-lumbantoruan-dengan-girsang_07.html
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT SE-HARI2 ANTARA MARGA LUMBANTORUAN DAN GIRSANG.
Saya mencoba memaparkan hubungan marga Girsang dan Lumbantoruan di Pematang Siantar dlm kehidupan se-hari2 yang nyata di Pematang Siantar.
Setiap marga Girsang yg bertemu dengan Lumbantoruan pada saat kesempatan dimana pun baik secara formil maupun informil selalu saling hormat menghormati dengan baik. Kami dari marga Lumbantoruan selalu berhati-hati dan menunggu duluan agar mereka lebih duluan bertutur sapa, karena kami mengerti dan mengetahui bahwa TIDAK SEMUA marga Girsang itu ada hubungan dengan kami.
Bilamana mereka Girsang itu telah memberitahukan siapa mereka, umpama dari Lehu dan Silimakuta yg ada hubungan sejarah dengan RUSA maka barulah kami berani berkomunikasi lebih lanjut.

Sudah menjadi bagian sejarah marga2 Batak bahwa setiap marga itu mempunyai asalusul atau silsilah masing2. Memang orang Batak ini sungguh unik diantara suku2 di Indonesia dimana Silsilah itu amat penting, pada hal kegunaannya belum tentu ada di setiap event.

Lumbantoruan prinsipnya berpendapat dan mengerti bahwa tidak semua Girsang bermula dari Lumbantoruan
karena fakta2 sejarah memang demikian. (Salah satu dapat dilihat dari buku sejarah Runtuhnya Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia oleh Prof. Slamet Mulyana).
Suatu marga baru yg muncul atau lahir dari marga lama adalah sesuatu yg banyak terjadi di marga2 Batak dan itu diakui menjadi kenyataan dan keberadaannya diakui dan tidak dipersoalkan apalagi pada jaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia . Itu merupakan kekayaan khazanah marga2 Batak yg menunjukkan Hagabeon Hasangapon dan Hamoraon.
Di Pematang Siantar hubungan Girsang dan Lumbantoruan sangat baik dan akur yg saling hormat menhormati dan mengakui eksistensi marga itu sendiri yg menjadi kenyataan dlm bermasyarakat. Dimana sekarang adalah tabu saling kawin mengawini ( Kalaupun ada sangat jarang terdengar dan mungkin pada saat itu belum mengerti tentang hubugan Girsang dan Lumbantoruan).
Saya sendiri begitu banyak mengenal saudara2ku Girsang di Siantar tidak langsung berani berkata "hita adong do hubungan kekeluargaan", kecuali kalau sudah pernah memberitahu tarombonya. Jadi bukan masalah men-dekat2kan diri atau ada vested interested
Molo adong ulaon paradatan di Sihombing sai di jouhon do parjambaran tu Girsang, bukanlah mengada-ada tapi menghormati,sedangkan marga2 lain digorahon.
Diantara marga Girsang sudah banyak jadi orang BESAR, KAYA, TERHORMAT, MARPANGKAT, PANDAI dll, kami berdoa agar menjadi marga NAMORA, NAGABE,NASANGAP kedepan, dan menjaga kesatuan dan persatuan.
Kalaupun ada perbedaan persepsi tentang asal usul atau tarombo, terutama pada generasi muda, mari itu kita jadikan sebagai kekayaan budaya untuk lebih mempersatukan Girsang.
Akhir kata mari kita saling menjaga kerukunan dan kerhormatan kita masing2 marga Sihombing Lubantoruan dan Girsang.
” Legan do bulung jior, angur do bulung ni bane2, denggan do parhata tigor lobi dear do siboan DAME”

Horas….Ama Rotua Sihombing

KISAH TRAGIS MENUJU KESUKSESAN – HAGABEON.
Pendahuluan. Kepada Saudaraku Sevilla 99 (
Saat pemuatan ulang artikel ini Blog Sevilla 99 tidak dapat dibuka, sehingga tidak dapat ditelusuri apa yang menjadi sebab Blog Tuan Sinomba Siantar ini memohon maaf), mohon maaf kalau kisah ini saya tulis dalam blog ini dan utk itu izinkan saya menulis suatu kisah tragis jaman kakek moyangku yg benar2 terjadi dan kenyataan pada waktu Generasi ke 7 dari silsilah Batak yg umum diketahui.


Kisah ini TIDAK BERMAKSUD membuka luka lama dan tidak ada perasaan DENDAM atau BENCI. Permasalahan yg sempat berlarut-larut dan bertahun-tahun malah ber-abad2 telah diselesaikan dengan baik yg dimulai oleh Ds DR Tunggul Sihombing Ephorus HKBP sekitar tahun 1961 yg kemudian berlanjut dengan pembuatan Tugu Girsang di LEHU dan di SITAPPRUNG-NAGASARIBU Siborongborong, maka segala permasalahan telah SELESAI dengan AMAN dan DAMAI.

Saya sendiri dari pihak yang dirugikan (
DIRUGIKAN ? Maksudnya kurang jelas) dengan kejadian tragis itu berpendapat bahwa itu adalah ciptaan dan jalan Allah untuk membuat HAGABEON di antara marga Sihombing Lumbantoruan.
Mengapa saya harus menulis dalam blog ini??? Karena ditengah marga Sihombing Lumbantoruan kisah ini sudah diketahui secara umum dan bukan hal yang baru. Perlu diketahui sejarah perkembangan marga2 Batak tidak terlepas dari zaman dulu sering terjadi peperangan antar huta dan perslisihan inter marga2.
Si JUARA DAN GURU PENCAK SILAT ( GURU MOCCAK).

Suatu ketika di negeri Siborongborong di huta SITAPPURUNG-NAGASARIBU pada abad ke XV hidup suatu keluarga yang aman damai dari Pomparan ni Raja Hariara Lumbantoruan bernama PARHUDATAR dengan Anaknya yang sulung si Girsang. Parhudatar beserta anak2nya adalah seorang yang baik budi yang hidup rukun damai dengan abangnya Namorapujion dan keluarga Lumbantoruan yg lain.
Girsang sendiri adalah ahli-guru pencak silat yg mashur terkenal disegani di daerah Humbang pada zamannya. Ia kawin dengan Boru Sianturi dari SISAKKAE Paranginan dan berketurunan.
Dia mempunyai PARIBAN atau adik istrinya dan iparnya yg tinggal di Paranginan.
Samapi sekarang di desa SITAPPURUNG arena latihan pencak silat tsb masih ada dan menurut berita rumputpun tak bisa hidup disana.

Didaerah Lintongnihuta hidup keluarga abang si Hariara bernama TUAN GURU SINOMBA dari keturunan Hutagurgur-Raungnabolon-DATU GALAPANG. Semua keluarga Lumbantoruan ini selalu hidup rukun damai dan selalu bahu membahu menghadapi setiap persoalan dan tantangan yg terjadi pada masa itu.
Suatu ketika anak Tuan Guru Sinomba bernama Guru TINOTOHAN ada bermasalah dengan pariban si Girsang tadi dan iparnya Sianturi menyaksikan kejadian tersebut sehingga ia membunuh ipar tsbt. Barang tentu pihak Sianturi tidak berterima, maka sewaktu Girsang mengunjungi mertuanya maka diberitahukanlah kejadian itu. Dengan amarah dan dendam MERTUA-nya meminta Girsang untuk membunuh saudara anak bapatuanya itu. Mertua berkata harus TUBOL yaitu nyawa dibayar nyawa.

Girsang sendiri menolak dengan keras perintah itu dengan menyatakan bahwa Guru Tinotohan itu adalah ABANG atau anak Bapatuanya. Ia berusaha mencari jalan penyelesaian yg lain tetapi Mertuanya menghina dan menghujat si Girsang bahwa tidak benar IA hebat, disegani, juara pencak silat, sakti dll.
Maka dengan berat hati dan bersedih (karena dihina, tdk diakui mertuanya) berucap:” MOLO NA GABE ON DO MAMBAHEN AHU MUNSAT SIAN HUTA ON ” ( Kalau ini yang membuat saya berangkat dari huta ini ) inama dalanhu laho tu nadao. Maka si Girsang dengan temannya hela Sianturi yag lain bermarga Nababan membunuh dan memenggal kepala Guru Tinotohan lalu membawa bukti tersebut lalu MELARIKAN DIRI bersama Si Nababan tadi. Karena pada waktu itu kabar tersebut segera tersiar di tengah keluarga Lumbantoruan yg segera pula dicari-cari oleh saudara2nya maka Girsang menghilangkan identitasnya kalau ada yg bertanya siapa dan dari mana dia.

Sesudah jaman kemerdekaan dan datangnya keKERISTENAN maka kejadian tragis tersebut dimaknai bahwa: Jalan Tuhan itu tidak dapat diketahui dan itu sebagai jalan Girsang dan para keturunannya mendapatkan HAGABEON-HAMORAON-HASANGAPON. Sebelum perdamaian terjadi maka keturunan Parhudatar yg lain yang tinggal di Humbang selalu dikucilkan di masyarakat Sihombing Lumbantoruan dan selalu menderita di
Hagabeon tetapi sekarang sudah mulai bangkit.
Perjalanan Girsang dan Nababan dalam pelarian mereka mungkin dapat ditulis/diceritrakan pada waktu yang lain. (Tulisan artikel ini dibuat bulan maret 2011 tapi sampai dengan 13 Desember 2011, cerita tersebut belum dimuat)

Penulis berharap dan berdoa semoga tidak ada yang merasa dilecehkan atau tersinggung dengan tulisan ini, mudah2an generasi Sihombing Lumbantoruan dan Girsang dapat saling menghargai dan saling hormat menghormati dimanapun berada. Penulis juga sadar bahwa Girsang itu tidak sepenuhnya semua yang BER-ASAL dari kisah ini, karena memang banyak fakta2 sejarah yang mengarah kesana dalam diaspora marga2 Batak di tanah Simalungun dan kedatangan Ekspedisi Pamalayu jilid II oleh Indrawarman pendiri Kerajaan Hindu SILO di Sumatra Timur.

Akhir kata ” pir ma pokki bahul2 pansalongan, pir ma tondi ni Sihombing Lumbantoruan dohot Girsang sai tongtong ma dipasu-pasu TUHAN “. ” napuran tano-tano rangging marsiranggongan, badan ta padao-dao sai tongtong ma tondinta masigomgoman”
HORAS…BOTIMA….Sekian dan terima kasih…..

Ama Rotua Sihombing.
Demikian yang tertulis dari ke-3 artikel-artikel tersebut, kiranya para sejarawan MARGA GIRSANG, mau meluangkan waktu untuk sedikit memberi masukan tentang hal ini, agar generasi muda bisa memahami makna dan kebenaran artikel tersebut. Sekali lagi mohon disikapi dengan bijak dan menjadi masukan-masukan yang berharga untuk kita semua.
Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.
Terimakasih
GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More