GIRSANG VISION : IDE ARTIKEL DAN DOKUMEN MILIK SAUDARA DORI ALAM GIRSANG - Mengenal J, TIDEMAN - Penulis Simeloengoen: het land der Timoer-Bataks in zijn vroegere isolatie en zijn ontwikkeling tot een deel van het cultuurgebied van de oostkust van Sumatra - Simeloengoen: the land of Timur-Batak in his former isolation and its developmentinto a part of the culture of the east coast of Sumatra - Simeloengoen: Daerah di Timur-Batak dalam isolasi jajahan dan perkembangannya menjadi bagian dari budaya pantai timur Sumatera (resensi : http://books.google.com/books?id=g29CAAAAIAAJ&hl=id&source=gbs_book_other_versions).
![]() |
Prof.Dr.Djoko Marihandono, S.S., M.Si |
![]() |
Harto Juwono, M.Hum |
Ada dua hal yang bisa diambil dari kutipan tersebut. Pertama, pengetahuan suatu bangsa secara utuh mencakup tidak hanya fisik dan bahasa yang digunakan oleh bangsa itu tetapi juga kebiasaan, tradisi, adat dan keyakinannya. Kedua, tindakan dan pengaruh orang Belanda yang dimaksudkan adalah mereka yang diserahi tugas dan wewenang untuk mengatur tanah koloninya di Timur. Kini persoalan muncul untuk menghubungkan dua hal di atas, yaitu antara eksistensi suatu bangsa dan pejabat Belanda di negara jajahan. Bagaimana hubungan antara keduanya, merupakan persoalan yang sering muncul di masa lalu. Para pejabat Belanda yang akan ditempatkan di tanah koloni harus mengalami proses persiapan yang sangat panjang. Mereka harus mempelajari semua unsur kebudayaan dari suku bangsa yang akan diperintahnya. Tanpa pengetahuan itu, tidak ada kemungkinan sukses bagi para pejabat ini dalam memerintah daerah yang menjadi tanggungjawabnya.
Di bawah ini akan disampaikan salah seorang pejabat kolonial yang tiba dari Eropa dan menerapkan apa yang dipelajarinya dari sana pada semua tugas yang diserahkan kepadanya. Ini semua dicoba dilaksanakan dalam berbagai penugasan yang menjadi tanggungjawab karirnya di sejumlah tempat di tanah jajahan Belanda ini. Pejabat itu bernama Johannes Tideman.
Karir Tideman
J. Tideman adalah seorang pejabat karir Belanda yang menempuh pengalaman kerjanya dalam birokrasi pemerintahan sipil tanah jajahan Hindia Belanda. Persiapan karirnya dilakukan dengan memasuki jurusan Indologi pada akhir abad XIX di Universitas Kerajaan, Leiden. Setelah lulus dari pendidikan tinggi ini, J. Tideman berangkat ke Hindia Belanda. Setibanya di Batavia pada awal Mei 1902, J. Tideman langsung memperoleh penugasan pertama sebagai Aspiran Kontrolir. Jabatan ini diserahkan kepada para pegawai baru sebagai jabatan terendah dalam jenjang birokrasi pemerintahan kolonial (Binnenlandsch Bestuur - H.W. van den Doel, Het Rijk van Insulinde (Den Haag, 1995, KITLV), halaman 149. Pada periode tersebut, kondisi psikologis para pejabat kolonial Belanda sedang mengalami pergolakan. Kedatangan para pejabat baru hasil didikan perguruan tinggi di Belanda dianggap sebagai ancaman yang akan menggeser tuwan-tuwan lama para birokrat kolonial, yang telah terbiasa menerima penghormatan dan pelayanan dari orang-orang pribumi di tempat mereka berdinas.)
![]() |
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Gouverneur_J._Tideman |
Sampai tahun 1911, J. Tideman bertugas sebagai dosen. Pada tahun itu kembali J. Tideman menerima penugasan sebagai pejabat pemerintahan di daerah. Ia diangkat sebagai Kontrolir di Palembang. Penugasannya di Sumatera Selatan ini memberikan pengalaman baru kepadanya, khususnya yang berkaitan dengan program desentralisasi pada saat itu di wilayah luar Jawa. Palembang menerima status sebagai kotapraja (gemeente), dengan demikian sebagai mitra kerja walikota (burgermeester) harus ada dewan kotapraja (gemeenteraad). Dewan kotapraja Palembang dibentuk dengan sejumlah anggota yang terdiri atas beberapa orang Eropa, Timur Asing dan pribumi yang tugasnya berunding untuk memberikan nasehat kepada walikota dan ikut berperan dalam membuat peraturan daerah. J. Tideman menjadi salah satu anggota Dewan Kotapraja Palembang pada tahun 1912.
Namun demikian, penugasan itu juga tidak lama. Pada awal Januari 1914, ia kembali dipanggil oleh Gubernur Jenderal H.W. Idenburg ke Batavia. Setibanya di ibukota itu, J. Tideman menerima keputusan Idenburg bahwa dirinya telah menunjukkan pengabdian yang baik selama lebih dari satu dekade sebagai pegawai pemerintah kolonial. Karena itu, Idenburg menganggap wajar bila J.Tideman menerima bintang tanda jasa klas-5 sebagai pejabat muda. Bersamaan dengan penerimaan tanda jasa ini, J. Tideman juga menerima penugasan baru untuk berangkat ke Ambon. Pada tanggal 30 Januari 1914 J.Tideman memulai tugas barunya di pulau Ambon. Saat itu ia dipromosikan untuk menduduki jabatan sebagai Asisten Residen meskipun statusnya masih sebagai staf di kantor. Dengan demikian, jabatan J.Tideman lebih berfungsi sebagai sekretaris dalam pemerintahan Residen Maluku.
![]() |
The residency of the governor of Maluku, J. Tideman |
Karir Tideman di Simalungun
Kedatangan J.Tideman ke Simalungun telah dinanti dengan kondisi yang sangat kompleks. Kondisi ini muncul karena berbagai masalah baik politik, ekonomi maupun sosial. J. Tideman berkedudukan di ibukota Afdeeling ini yaitu Pematang Siantar, yang juga menjadi pusat kerajaan Siantar. Sebelum kedatangannya, hubungan antara Kerajaan Siantar dan pemerintah Belanda ditandai dengan berbagai ketegangan. Ketegangan ini terjadi akibat penurunan tahta dan pembuangan raja Siantar Sang Nahualu ke Bengkalis oleh pemerintah Belanda. Kedudukan Sang Nahualu sebagai raja Siantar untuk sementara digantikan oleh Tuan Bandar sebagai penguasa sementara. Setelah Tuan Bandar, kedudukan raja Siantar mengalami kekosongan. Meninggalnya Tuan Bandar juga diikuti dengan Tuan Sidamanik. Akibatnya, semua jabatan penting penguasa di Siantar mengalami kekosongan dan hal ini menimbulkan persoalan bagi masyarakat Siantar, khususnya bila berhubungan dengan pemerintah kolonial. Para pejabat kolonial mengeluh bahwa banyak program pemerintah yang tidak bisa berjalan di daerah ini karena penguasa pribumi yang menjadi mitra mereka tidak ada.
![]() |
J TIDEMAN dan STAFF Adminitrasinya di Tanah Simalungun (http://www.simalungunonline.com) |
Sementara persoalan politik di Kerajaan Siantar berhasil diselesaikan oleh J.Tideman dengan naiknya Waldemar sebagai raja baru, persoalan sosial yang juga berbahaya muncul. Persoalan ini berbahaya tidak hanya bagi Kerajaan Siantar atau kerajaan lain, tetapi bagi seluruh masyarakat Simalungun. Persoalan ini adalah semakin banyaknya imigran dari Tapanuli yang masuk ke wilayah Simalungun. Mereka terdiri atas orang-orang Batak Toba dan tinggal di Simalungun sebagai pekerja penggarap tanah. Dengan kemampuan mereka bertani, tanah-tanah Simalungun yang subur digarap dan memproduksi hasil tanaman pangan. Mereka menerima tanah-tanah ini dari raja-raja dan dari pemerintah kolonial. Ketika jumlah komunitas Batak Toba ini semakin besar, dominasi budaya Toba mulai terasa dan mendesak budaya Simalungun. Bahasa Toba lama kelamaan menjadi bahasa pergaulan daripada bahasa Simalungun. Gereja Kristen Toba lebih banyak dibangun di Simalungun dan orang-orang Kristen Simalungun beribadah di gereja Toba. J. Tideman melihat bahwa kondisi demikian menunjukkan kerawanan dalam interaksi sosial. Ada kekhawatiran bahwa suatu saat hal ini akan menimbulkan gejolak sosial. Sebelum resiko itu terjadi, J. Tideman memandang perlu untuk mengatur hubungan di antara mereka dan terutama eksistensi orang-orang Toba. Mereka perlu diatur secara tersendiri dan dijadikan sebagai kawula pemerintah. Untuk memudahkan pengaturan oleh pemerintah, orang-orang Toba ini dipimpin oleh para pemimpin mereka sendiri. Hari-hari pertama penugasannya di Simalungun digunakan oleh J.Tideman untuk menyelesaikan persoalan ini. Hanya seminggu setelah pengangkatannya, ia berhasil meminta pemerintah pusat di Batavia mengesahkan pengangkatan para kepala Toba tersebut sebagai pemimpin mereka yang sah dan diakui oleh pemerintah kolonial. (ANRI, Besluit van Gouverneur Generaal 31 Januari 1916 nomor 43, bundel Algemeen Secretarie.) Sejak itu, semua persoalan yang menyangkut orang-orang Toba di Simalungun diserahkan penyelesaiannya kepada keputusan aparat kolonial, termasuk juga pencegahan apabila terjadi sengketa antara orang-orang Toba dan Simalungun.
Dengan demikian, dalam waktu kurang dari satu tahun, J.Tideman berhasil menyelesaikan persoalan penting yang menentukan masa depan daerah Simalungun. Masih banyak peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahannya. Di bidang pemerintahan, ia menyaksikan kemunculan generasi muda raja-raja Simalungun yang baru. Hampir semua raja di kerajaan-kerajaan Simalungun tampil sebagai penguasa baru. Kondisi ini muncul bersamaan dengan kebijakan yang diambilnya untuk mempercepat proses perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Lembaga pendidikan diperbanyak, sehingga anak-anak Simalungun menerima menjalani pendidikan di daerahnya sendiri. Pemerintah kolonial pusat melihat bahwa J.Tideman berhasil menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah. Ia dianggap mampu bekerjasama dengan penduduk setempat termasuk kalangan elite mereka untuk memajukan daerahnya. Selama pemerintahannya, kondisi keamanan juga dianggap kondusif dengan tidak adanya peristiwa kerusuhan atau pemberontakan besar yang merugikan pemerintah kolonial. Sebaliknya, usaha perkebunan besar diperluas yang berdampak pada semakin banyaknya tenaga kuli kontrak yang datang dan bermukim di Simalungun. Hampir enam tahun ia menjabat sebagai kepala daerah di Simalungun.
Penutup
Melihat karir J. Tideman sebagai seorang birokrat kolonial, dapat diketahui bahwa ia adalah sosok aparat pemerintah yang sukses. Dari seorang magang pegawai menjadi asisten residen dalam waktu kurang dari dua puluh tahun merupakan kemajuan karir yang pesat. Sebagai seorang pejabat baru dan tenaga muda yang berasal dari birokrasi kolonial yang datang langsung ke Hindia Belanda, J.Tideman menjadi contoh dari seorang birokrat ilmuwan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa ia memerintah dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam mempelajari konteks lingkup kerja yang dihadapinya.
Di setiap tempat tugasnya, ia tampil sebagai seorang pejabat profesional dengan menerapkan ilmu pengetahuan teoritis yang diterima di sekolah calon pegawai kolonial di Den Haag. Namun demikian, berbekal ilmu saja tidak akan mencukupi untuk memecahkan persoalan di suatu masyarakat yang berbeda adat, agama, bahasa dan habitat dengan dirinya. Apapun kondisi perbedaan yang ada, ia harus menghadapinya karena daerah penugasannya menjadi obyek kebijakannya. Jika pogram yang menjadi targetnya ingin berjalan dengan sukses, ia harus mampu menyelami apa yang dikehendaki oleh masyarakat di tempat pemerintahannya.
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, J.Tideman melakukan pendekatan pribadi. Pertama-tama hal itu dilakukan kepada para pejabat kolonial khususnya atasannya langsung. Kondisi ini diperlukan untuk menjamin kerjasama mereka dan persetujuan bila usul-usul pembaharuan diperlukan. Selanjutnya, J.Tideman harus melakukan pendekatan dengan kalangan elit pribumi, karena ia menyadari bahwa posisi elit ini menentukan perubahan dalam masyarakat koloni. Dengan mendapatkan dukungan dari kelompok elit, setidaknya pemerintah kolonial dapat dengan mudah memberikan instruksi pelaksanaan program kerja dan kebijakannya. Baru kemudian bila diperlukan, ia turun langsung untuk mendekati warga masyarakat terutama ketika dipandang perlu untuk mencegah terjadinya keresahan sosial dan memberikan kepuasan kepada warga. Dengan pendekatan seperti ini, ia termasuk salah satu dari sedikit birokrat kolonial yang mampu meraih nama sebagai seorang aparat yang sukses di tanah jajahan Hindia Belanda.
LINK :
6.J, TIDEMAN
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/girsang-vision-mengenal-lebih-dekat-j.html
7. GIRSANG VISION : J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (I)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/girsang-vision-j-tideman-simeloengoen.html
9.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (II - SEJARAH)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/girsang-vision-j-tideman-simeloengoen_24.html
10.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (III - PENDUDUK/MASYARAKAT-1)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der.html
11.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (III - PENDUDUK/MASYARAKAT-2)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_24.html
12.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (III - PENDUDUK/MASYARAKAT-3)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_8831.
12.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (IV - PEMERINTAHAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_1916.html
13.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (V - PERADILAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_2358.html
13.J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (VI - KEUANGAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_25.html
14. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (VII - IRIGASI)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_3921.html
15. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (VIII - PENDIDIKAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_839.html
16. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (IX - ZENDING)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_3742.html
17. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (X - DINAS KESEHATAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_1457.html
18. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (XI - DINAS SOSIAL)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_26.html
19. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (XII - KEHUTANAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_4059.html
20. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (XIII - PERDAGANGAN)
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_4798.html
21. J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (XIV - PERKEBUNAN EROPA) - SELESAI
http://girsangvision.blogspot.com/2011/11/j-tideman-simeloengoen-het-land-der_9673.html
Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.