-DORI ALAM GIRSANG(DENPASAR)-MARTHIN GIRSANG(JAKARTA)-HANSON MUNTHE(MEDAN)-RIKO GIRSANG(JAKARTA)-BENYAMIN PARULTOP GIRSANG(NIGERIA)-SAMSON GIRSANG(BATAM)-BAGUS FEBRIANTO GIRSANG(MEDAN)-HORASTON GIRSANG(PERAWANG.RIAU)-OBET NEGO GIRSANG(YOGYAKARTA)-BOSTON GIRSANG(RIAU)-YAN FEBRIANSON GIRSANG(JAKARTA)-FRIPANSUS IPAN GIRSANG(JAKARTA)-POSMAN FIRNANDUS GIRSANG(JAKARTA)-RAJAMIN RP GIRSANG(BRASTAGI)-SEPTA GLORA GIRSANG(MEDAN)-HAMONANGAN GIRSANG(SUKABUMI)-HELZBERD JUSTIANUS HAMONANGAN GIRSANG(MAKASSAR)-HERTHA VERONIKA SINAGA(MEDAN)-SUZANNA GIRSANG(PEMATANG SIANTAR)-GIO ADAM ARTHANTA GIRSANG(MALANG)-ANTON GIRSANG(BANDUNG)-ABRI ANTO GIRSANG(LAMPUNG)-INDRA WALDIN GIRSANG(MEDAN)-ALBERTO ELPINSON GIRSANG(MEDAN)-ELJUNI EDIN GIRSANG(BIMA/NTB)-BARENOF GIRSANG(JAKARTA)-MICHAEL GIRSANG(MEDAN)-HOTBERDUANI YM GIRSANG(MALAYSIA)-NURSAIDAH NATALIN GIRSANG(MALAYSIA)-GUNTUR JULIANTO GIRSANG(SINGKAWANG)-MAYARANI GIRSANG(MEDAN)-PANGERAN CIPTA SETIA GIRSANG(SEMARANG)-ROBERT GIRSANG(BEKASI)-BOBBY ANGGA GIRSANG(MEDAN)-PAISAL GIRSANG(MEDAN)-JENNY OKTAVIANA GIRSANG(MALAYSIA)-JIMMI MOHSEN(DEPOK)-BERNAWATY GIRSANG(DAIRI)-VITA SILVANA UDUR GIRSANG(BANDUNG)-BIRMAN BAHAGIA GIRSANG(BEKASI)-VERA LISA GIRSANG(BANDAR LAMPUNG)-FEBRIYATI VERONICA GIRSANG(JAKARTA)-YAN RICKY DAMANIK(BANDAR LAMPUNG)-ROY IXEL GIRSANG(BATAM)-RAHEL DEWI YULINA GIRSANG(PALEMBANG)-SONDANG SARIAHMA GIRSANG(JAKARTA)-GUNAWANTA GIRSANG(JAKARTA)-HENDRA JANI GIRSANG(TANJUNG GADING)-HENDARTO WIJAYA GIRSANG(MEDAN)-

Sabtu, 26 November 2011

J, TIDEMAN SIMELOENGOEN : HET LAND DER TIMOER-BATAKS (XI - DINAS SOSIAL)

GIRSANG VISION : IDE ARTIKEL DAN DOKUMEN MILIK SAUDARA DORI ALAM GIRSANG.
DINAS SOSIAL
Pada saat ini apabila mendengar istilah Simalungun tumbuh muncul pengertian “kesejahteraan”. Perkebunan yang tumbuh, daerah irigasi yang berkembang, hubungan perdagangan yang berkembang pesat di pusat pemukiman pribumi tanpa terkait dengan ibu kota menunjukkan bukti kebenaran pengertian ini. Begitu pula dengan kondisi di seluruh dunia akhir-akhir ini bagaikan sisi mata uang yang muncul, teutama ketika berbagai lembaga perkebunan harus melepas banyak pekerja upah bebas. Karena alasan yang kurang bisa dipahami, hal-hal yang menimbulkan perasaan kurang puas sering terlihat dan menduduki persentase besar di antara pekerja kontrak, muncul di wilayah ini. Mereka menambah kelompok gelandangan dan pengangguran yang berkeliaran di mana-mana tanpa memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri.

Tentang sebab-sebab lebih umum dari kemiskinan di Pantai Timur telah saya bahas dalam tulisan saya yang dimuat di majalah Kolonial Studien edisi April 1921 “Kemiskinan di Sumatra Timur dan Cara Mengatasinya”. Dalam tulisan itu saya menunjukkan bahwa kebutuhan yang men ingkat memunculkan kejahatan yang meluas. Haal ini harus dihentikan baik demi kepentingan masyarakat itu sendiri maupun masyarakat tempat dia tinggaal. Gambaran yang muncul melukiskan kata-kata itu. Semua itu dibuat berdasarkan fotografi yang diambil oleh dokter daerah terhadap orang Cina yang meninggal di tangga rumah sakit, yang tidur pada malam sebelumnya dengan harapan agar dirawat, tetapi diketahui meninggal sebelum mendapatkan pertolongan.

Juga di tempat lain di ibukota para gelandangan Cina dijumpai dalam kondisi paling buruk, sehingga muncul keyakinan bahwa suatu inisiatif tindakan harus diambil. Dengan bantuan keuangan penduduk Cina dan beberapa peminat yang tinggal di luar Siantar di antaranya alm. Cong A Fee, mayor Cina di Medan, beberapa lembaga didirikan yang dapat dianggap sebagai usaha pertama bagi penampungan kaum miskin. Lembaga ini bertumpu atas dasar prinsip yang sangat sederhana: Pengelolaan oleh yayasan sosial yang dibentuk di Pematang Siantar pada bulan Oktober 1921. Piagam yayasan ini dikirim kepada pemerintah untuk disetujui.

Sebagai lembaga tertua harus disebutkan Yayasan Cina yang didirikan di luar komplek pemukiman tetapi berada dalam batas kota. Yayasan ini menawarkan tempat kepada orang Cina yang tidak memiliki mata pencaharian dan tanpa kemampuan untuk hidup sendiri yang ditemukan di jalanan. Jika mereka sudah sehat dan pulih kembali kekuatannya, berdasarkan keterangan dokter setempat, mereka dikirim ke lembaga kedua yakni koloni pertanian di Simpang Raya. Di sini mereka bisa memulai dengan melakukan usaha pertanian dengan biaya perawatan sendiri (tujuan lembaga ini adalah untuk membuat mereka mandiri). Sementara itu, mereka yang kembali bisa mandiri akan dilepas untuk mencari pekerjaan di masyarakat.

Lembaga sosial ketiga adalah koloni Pertanian untuk para gelandangan Jawa. Hampir semua orang yang ditampung (seperti orang Cina pada lembaga lain) adalah kuli kontrak. 

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Chinese_tempel_Pematangsiantar_TMnr_60021751
Mereka meloloskan diri dari pekerjaan rutin di perkebunan, kemudian masuk ke kelompok sosial tertentu di masyarakat. Mereka berkumpul di pemukiman sederhana dekat Pamatang Raya (160 km di jalan Raya ke Saribudolok) dan setiap harinya sibuk dengan pekerjaan sawah. Ada kesulitan besar untuk memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap mereka. Mereka harus disadarkan agar bisa kembali mencari kerja. Banyak dari mereka yang mengalami kondisi sulit ini segera dapat bangkit dan setelah beberapa bulan badannya cukup sehat, mereka bisa bekerja dan mencari makan dengan tidak lagi menjadi pengemis. Berhubung banyak di antara mereka yang melarikan diri, mereka memiliki peluang besar untuk kembali menjadi gelandangan. Masalah ini masih perlu diamati lebih jauh.

Keuntungan besar lembaga ini selain menampung, menyediakan pekerjaan dan merawat orang-orang yang kondisinya sangat miskin seperti pengemis, gelandangan, yang dianggap bisa menimbulkan kerugian bagi masyarakat, akhirnya bisa kembali ke masyarakat. Sejak 1 Maret 1919, ketika lembaga pertama dibuka, jumlah orang miskin di salah satu penampungan dicatat. Hingga akhir tahun 1921 telah dirawat:

  • Di tempat penampungan 31 orang Cina
  • Simpang Raya 37 orang Cina,
  • Raya 70 orang Jawa.
Mengingat lembaga ini muncul dalam kondisi keuangan yang sangat sulit, bantuan utama untuk kegiatan ini berhenti, terlebih setelah meninggalnya Mayor Cina di Medan dan permohonan subsidi dari dewan daerah serta lembaga pemerintah yang lain untuk sementara belum mendapatkan hasil. Muncul pertanyaan apakah mereka bisa bertahan. Upaya untuk menjalankan pelayanan sosial yang teratur, guna memerangi kemiskinan gagal karena adanya kesulitan besar yang muncul.

Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.
Terimakasih
GIRSANG VISION- HABONARON DO BONA

0 komentar:

Posting Komentar

No comment is offensive tribe, religion and any individual, Use words and phrases are polite and ethical - Thank you -

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More